sumber:
Berawal dari sebuah hasil penelitian, akhirnya berbuah
bisnis menggiurkan. Lewat Boneka Horta, sekelompok mahasiswa IPB
menciptakan peluang usaha baru lewat gagasan kreatif. Seperti apa
bisnisnya?
Mungkin bisa dihitung dengan jari, usaha sukses yang dibuahkan oleh
instansi pendidikan. Salah satunya adalah Boneka Horta. Cikal bakal
boneka rumput ini dimulai dari penelitian sekelompok mahasiswa Institut
Pertanian Bogor (IPB) Bogor, Jawa Barat – yang dimotori oleh Gigin
Mardiansyah, Nisa Rahmania, dan Asep Rodiansyah.
Pada tahun 2004, dengan berbekal proposal, Gigin dan kawan-kawan
mempresentasikan gagasan-gagasan kreatifnya kepada Dirjen Pendidikan
Tinggi. Di sinilah Kelompok ini menelorkan ide Boneka Horta. Awalnya,
tujuan Boneka Horta untuk memperkenalkan dunia pertanian pada anak-anak
dan waktu itu belum ada orientasi bisnis.
Dari ide itu, tahun 2005, Gigin mendapatkan dana dari Dikti Rp
4.750.000,-. Ini menjadi modal awal usahanya. Dari uang itu, tim
Boneka Horta membuat lima puluh sampai seratus
item perbulan.
Sebagai pertanggungjawaban terhadap dana yang diberikan oleh Dikti,
Gigin dan kawan-kawan mulai memperkenalkan boneka-boneka rumput ini
kepada masyarakat. “Awalnya susah, dengan memajang boneka tentu tidak
akan berhasil memikat orang-orang, sehingga masyarakat pun tidak akan
tahu boneka apa itu,” tutur Gigin.
Boneka Horta terbuat dari bahan baku limbah industri penggergajian kayu yang dibungkus dengan
stocking,
diberi benih rumput, pupuk, dan aksesoris seperti mata, hiasan dan lain
sebagainya. Keunikan dari boneka ini adalah adanya rumput yang bisa
tumbuh di bagian atasnya, apabila disiram air setiap hari. Tujuan
mereka memproduksi boneka ini adalah untuk untuk memperkenalkan salah
satu produk kreatif pertanian.
Boneka Horta lama-lama mulai dikenal luas. Efek dari
words of mouth
pun tak terbendung. Nama Boneka Horta yang merupakan singkatan dari
Boneka Hortikultura ini cepat tersebar dan dikenal oleh masyarakat.
Gigin dan kawan-kawan memproduksi Boneka Horta sebagai kegiatan
sampingan setelah kuliah. Mereka berinisiatif menjual boneka itu secara
eceran dan menawarkannya pada kios-kios sekitar daerah Darmaga Bogor.
Horta memang lebih dikenal sebagai produk IPB. Menurut Gigin, Boneka
Horta tidak bisa lepas dari instansi pendidikan ini, karena IPB adalah
cikal bakal terbentuknya mereka. Sampai saat ini Boneka Horta masih
menjadi ciri khas dari IPB, dengan hak paten yang juga dipegang oleh
institusi ini.
Keseriusan tim yang juga dibadani oleh Nisa Rahmania ini terlihat
pada tahun 2007. Setelah lulus, Gigin dan kawan-kawan mulai
berkonsentrasi membangun Boneka Horta. Salah satu caranya adalah dengan
mengikuti lomba-lomba. “Kami mengikuti berbagai macam lomba, terutama
lomba-lomba yang berkaitan dengan inovasi bisnis seperti
Innovative Enterpreneur Challenge
di IPB dan juga Wirausaha Muda Mandiri,” ujar Gigin. “Lomba-lomba ini
kami manfaatkan sebagai ajang promosi, dan akhirnya Boneka Horta mulai
dikenal oleh khalayak ramai.” lanjut Gigin.
Pada awalnya, untuk memproduksi Boneka Horta mereka mulai merekrut
tiga orang karyawan dengan produktivitas yang cukup baik, lima puluh
boneka per minggu. Namun, dengan semakin membanjirnya pesanan dan
meningkatnya penjualan Boneka Horta, kini mereka mempunyai empat puluh
karyawan yang ditempatkan di rumah produksi di Ciomas. Sekarang pun
produksinya sudah mencapai tujuh ratus hingga seribu boneka per hari.
Boneka Horta adalah produk utama dari usaha wiraswasta ini. Gigin
selalu menekankan pentingnya kreativitas dan terus melakukan inovasi
produk. Produk ini cukup menarik perhatian masyarakat dan menjadi
salah satu produk unggulan. Sampai sekarang Horta mempunyai
diferensiasi produk , yaitu Boneka Horta Panda, Horta Kura-kura, Horta
Platipus, Horta Sapi, dan sebagainya. Bahkan, untuk ke depan Horta
sudah menyiapkan boneka dengan variasi bentuk buah-buahan.
Boneka yang dijual adalah boneka yang masih gundul. Boneka ini harus
dirawat dan disiram air, barulah kemudian rumput akan tumbuh. Melalui
keunikan ini, Boneka Horta menjual
experience baru kepada
konsumen bahwa ini adalah boneka yang “hidup” dan perlu dipelihara.
Boneka Horta mampu menjalankan misi mereka untuk memperkenalkan dunia
pertanian kepada masyarakat.
Sembilan puluh persen boneka masih diproduksi dan dipasarkan sesuai
dengan pemesanan. Proses produksi memakan waktu sekitar satu minggu.
Apabila konsumen memesan hari ini, minggu depan Boneka Horta baru bisa
diambil. Boneka Horta sering mendapatkan pesanan dari
perusahaan-perusahaan besar yang ingin menggunakan produknya sebagai
souvenir.
Beberapa perusahaan tersebut antara lain adalah Toyota, Frisian Flag,
dan Bank Ekonomi. Untuk sepuluh persen sisanya dijual dan
didistribusikan ke toko, ritel, dan pusat-pusat perbelanjaan.
Uniknya, pada awalnya target
market Boneka Horta adalah
para siswa TK dan SD, dengan tujuan ingin memperkenalkan dunia
pertanian kepada mereka. Namun Boneka Horta ternyata disukai oleh
segmen anak muda.
Horta membandrol produknya dengan harga berkisar Rp 7000 sampai Rp
15.000 di toko Boneka Horta sendiri. Sedangkan di tempat-tempat
perbelanjaan lain, konsumen bisa mendapatkan boneka dengan harga Rp
20.000 sampai Rp 25.000. Menurut Gigin, sampai saat ini Boneka Horta
sudah terdistribusi di seluruh Indonesia, tapi untuk sementara masih
di kota-kota besar. Dalam satu bulan mereka bisa memproduksi dan
mendistribusikan lebih dari dua puluh empat ribu boneka. Dari penjualan
yang konstan, setiap bulan Boneka Horta bisa meraih omzet Rp 100 juta
hingga Rp 150 juta perbulan.
Untuk ke depan, Boneka Horta mencoba fokus pada segmen anak-anak dan
melakukan edukasi tentang pertanian kepada mereka. Dengan semboyan
mainan unik, kreatif, dan imajinatif yang berwawasan lingkungan, Boneka
Horta optimis memasuki segmen itu. Wujud nyatanya adalah dengan
memberikan pelatihan-pelatihan Boneka Horta pada anak-anak.